Saturday, February 9, 2008

MAHMOUD AHMADINEJAD


MAHMOUD AHMADINEJAD

Siapakah Ahmadinejad sesungguhnya? Apakah ia hanya mantan seorang dosen, politikus pejuang, simbol perlawanan terhadap ketidakadilan global atau hanya sang presiden pembuat berita.
Dia bukan seorang ulama bersorban, bukan pula tokoh revolusi, bukan seorang tokoh birokrat yang punya kesibukan begitu banyak. Dia adalah seorang pria Iran yang penampilannya jauh dari gosip, rambutnya selalu terlihat kusam, sepatunya itu-itu terus menerus, bolong di sana – sini, mirip alas kaki tukang sapu jalan di kota- kota besar.
Orang – orang Taheran menemukan Ahmadinejad sebagai seorang pejabat yang justru bangga menyapu sendiri jalan jalan kota, gatal tangannya meihat selokan kota yang mampet, menyetir sendiri mobilnya ke kantor dan memilih kerja hingga dini hari untuk memastikan Taheran lebih nyaman ditinggali. Di penghujung 2003, saat Koran- Koran Taheran mulai memunculkan berita perjalanan karier walikota terpilih, Mahmoud Ahmadinejad, banyak yang menanggapi kesemrawutan kota ini bisa sedikit terobati mengingat Ahmadinejad adalah seorang sarjana transportasi kota. Tapi banyak juga yang menganggap kehadirannya punya makna tersendiri. Ada kebanggaan bagi mereka mengetahui walikota yang baru tinggal di sebuah gang untu, bersepatu usang, dan kemana-mana dengan mobil Peugeot keluaran tahun 1973.

Meski menghabiskan hampir sebagian hidupnya di Selatan Taheran, Ahmadinejad bukanlah warga asli Taheran. Dia lahir di Aradan, kawasan udik sekitar 120 km arah tenggara Taheran, pada 28 Oktober 1956. Dia anak keempat dari tujuh bersaudara. Orang tuanya, Ahmad Saborhijan, memberinya nama Mahmud Saborhijan saat lahir. Mahmud Saborhijan merujuk pada bahasa Parsi. Mahmud berasal dari kata Muhammad; dia yang terpuji. Sementara Saborhijan berarti pelukis karpet- pekerjaan jamak yang digeluti orang di Aradan. Pihak keluarga mengatakan perubaha nama itu sebagai isyarat religiutas dan semangat mencari kehidupan yang lebih baik. Mahmud Ahmadinejad dalam bahasa Parsi Berarti ras yang unggul, bijak, dan paripurna.

Keluarga Saborhijan dulunya tinggal di sebuah rumah sederhana berlantai dua. Ayah Ahmadinejad menafkahi tujuh orang anaknya dari membuka toko kelontong, awalnya. Belakangan dia beralih sebagai tukang pangkas rambut.
Setelah sepuluh tahun menjadi warga Taheran, keluarga Ahmadinejad tak kunjung keluar dari kawasan kumuh kota meski roda pembangunan di Taheran terus menderu kencang. Sebaga tukang las juga dilakoni ayah Ahmadinejad meski tidak bisa melambungkan kesejahteraan keluarga. Setidaknya, putranya bisa mendapatkan pendidikan yang lebih layak. Ahmadinejad kecil tumbuh layaknya rekan sebayanya. Pembawaannya yang periang membuat dia mudah merangkul teman. Dia selalu meraih rangking satu di kelasnyasejak masuk sekolah dasar. Ahmadinejad kecil bisa menyelesaikan pendidikan tingkat menengah di Taheran, antara lain di sekolah Sa’adi dan Danesymand.

Ahmadinejad tumbuh seperti pemuda biasa. Dia masih anak seorang tukang las. Dia malah terlihat lebih alim dibanding banyak sebayanya. Mungkin ini buah pendidikan ibunya, Saiyed Khanom, yang kemana-mana selalu menggunakan cadar hitam.
Pada tahun 1975, Ahmadinejad diterima sebagai mahasiswa fakultas teknik sipil di Universitas Sains dan Tekhnologi Taheran (Elm o San’at). Dalan ujian akhir nasional dia mendapat rangking nasional 130; sebuah prestasi mencengangkan untuk anak seroang pandai besi. Saat bersamaan, roda zaman di luar kampus berderak-derak dan mengaung hingga ke bangku-bangku kuliah.
Mahmud ahmadinejad sendiri adalah orang yang termasuk terbakar oleh semangat revolusioner Khomeini. Khomeini adalah seorang ulama besar satu-satunya di Iran yang sejak 1963 memproklamirkan penggulingan rezim Syah yang pada saat itu sedang berkuasa. Khomeini berhasil memposisikan diri sebagai pemimpin bagi semua pihak oposisi di Iran. kendati diasingkan selama 15 tahun di luar negeri, jutaan rakyat nyaris setiap hari mendengar pesan-pesan Khomeini. Jaringan pendukung Khomeini, dari kalangan ulama utamanya, aktif menyebarkan pamphlet dan kaset ceramah sang Imam. Dalam penyebaran poster dan kaset-kaset Khomeini itu. Dia bahkan menyimpan sebuah mesin cetak di rumahnya yang rutin dia gunakan untuk mencetak pamphlet menggoyang monarki. Menjelang revolusi, aktivitasnya ini memaksa dia sekeluarga harus kabur dari Taheran dan bersembunyi di provinsi Golestan guna menghindari penahanan Savak. Di kampus, dia dan rekan-rekannya aktif memprotes Syah. Dia juga membantu kelompok Islam berebut pengaruh di universitas dan jalan-jalan. Dia sendiri menerbitkan sebuah majalah bertajuk Jiq va Dad (Rintihan dan Jeritan), untuk dijual di pintu masuk UniversitasTaheran. Demonstrasi terus berlanjut di berbagai belahan Iran. Di Taheran, Ahmadinejad bersama ratusan ribu mahasiswa lainnya seolah tak pernah berhenti menutup jalan dengan demonstrasi mengecam Syah dan mengagungkan sosok Khomeini, sebagai pemimpin alternative. Belakangan kalangan buruh dari berbagai sektor ikut menyuarakan dukungannya. Singkat cerita, rezim Syah tergulingkan dengan kaburnya ia ke Mesir bersama permaisurinya. Ruhullah Khomeini kembali ke Iran setelah 15 tahun lebih hidup di pengasingan.
Bagi Ahmadinejad, sendiri, revolusi Islam dengan Khomeini sebagai sumbunya telah menjadi mata air inspirasi perjalananhidupnya. Setelah kemenangan revolusi Islam, Ahmadinejad aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaanyang mendukung perjuangan Khomeini. Revolusi Iran belum genap setahun ketika Saddam memutuskan untuk menginvasi Iran pada September 1980. Ahmadinejad, yang masuk kuliah tahun 1976, pada awal-awal masa perang itu masih berkutat di bangku kuliahnya hingga lulus tahun 1984. Baru setelahnya dia terjun ke medan perang dengan bergabung ke Pasukan Khusus Pengawal Revolusi Islam.
Dalam banyak perang, dia ikut serta dalam operasi meliter bawah tanah yang diberi sandi “Ramadhan” ke wilayah Kirkuk, bagian Utara Irak. Lalu, Ia diangkat sebagai Komandan Divisi Zeni Pasukan Khusus Pengawal Revolusi Islam merangkap Komandan Divisi Tempur Provinsi Bagian Barat Iran.

Setelah perang, Ahmadinejad lebih banyak berkutat di kampus. Kesibukannya segudang. Dia termasuk di antara pendiri sekaligus anggota aktif Ikatan Teknisi Terowongan, anggota Ikatan Insinyur Iran dan anggota Ikatan Insinyur jalan dan lalu lintas Asia- Oceania. Sejak tahun 1994 semasa menhadi dosen di Universitas San’aati Syarif dan penasehat urusan budaya Menteri Pendidikan pada kabinet Hasyemi Rafsanjani periode kedua, Mostafa Mirsalim, ditentukan bahwa kota Ardabil yang tadinya salah satu kabupaten Azerbayzan Barat, agar membentuk propinsi terpisah. Ahmadinejad terpilij menjadi Gubernur Propinsi Ardabil yang pertama. Ia terpilih untuk tiga tahun berturut-turut sebagai gubernur teladan, berkat keberhasilannya dalam restrukturasi dan reformasi sistem ketenagakerjaan di provinsi itu. Dia menjadi gubernur Ardabil hingga pada Oktober 1996. Ia juga mendapat penghargaan setelah berhasil melakukan rekonstruksi 7500 unit rumah yang hancur akibat gempa dalam rentang waktu yang relative singkat. Berdasarkan data statistic Badan Perencanaan dan Anggaran, propinsi Ardabil dikenal sebagai yang teratas dalam aktivitas pembangunan meski secara geografis Ardabil memiliki masa pembangunan yang terbatas akibat uklim dingin.

Selanjutnya, ia menjadi dosen dan anggota Dewan Akademis Fakultas Teknik Pembangunan Universitas Sains dan Industri. ia juga melakukan sejumlah aktivitas intelektual, politik dan sosial. Sehari-hari di Taheran, dia tinggal di ujung sebuah jalan buntu, mirip dengan gang buntu di samping sebuah sekolah. Jalan itu terbuka terhadap sebuah bundaran kecil dengan taman kecil di tengah di lengkapi dengan bangku dan rerumputan. Taman itu merupakan tempat bersosialisasi warga sekitar. Rumah Ahmadinejad sendiri terbilang sangat sederhana dengan sedikit mebel dan hanya memiliki karpet ditenun dengan mesin yang jauh lebih murah di banding buatan tangan. Dengan perjalanan hidup yang panjang dan kaya pengalaman, Ahmadinejad tetap bukam siapa-siapa di Taheran kala itu. Nama Ahmadinejad baru menggaung di pentas politik setelah dia terpilih menjadi Walikota Taheran pada 3 Mei 2003, menyusul kemenangan para kandidat dari Aliansi Pengembang Islam Iran.
Sejak hari pertama menjabat Walikota Taheran, Ahmadinejad banyak mengambil kebijaksanaan yang menekankan sisi religius. Dia, misalnya mengeluarkan kebujakan pemisahan penggunaan lift untuk pria dan wanita di kantor walikota. Yang terbilang kontroversial adalah keputusannya rumah dinas walikota Taheran sebagai museum publik. Dia sendiri memilih tinggal di rumah pribadinya yang sederhana di kawasan Narmak di timur Taheran. Salah satu keberhasilan Ahmadinejad sebagai Walikota Taheran yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat setempat adalah yang menyangkut spesialisasi dan keahliannya: manajemen transportasi dan lalu lintas perkotaan. Secara dramatis dia menekan jumlah kemacetan dan arus lalu lintas di kota Taheran dengan mencopot lalu lintas di perempatan-perempatan besar dan mengubahnya menjadi jalur putar balik yang sangat efektif.

Setelah dua tahun menjadi Walikota Taheran, Ahmadinejad termasuk dalam finalis pemilihan walikota terbaik dunia World Mayor 2005 dari 550 walikota yang masuk nominasi; hanya sembilan yang dari Asia. Kali ini, perhatiannya tersita pada sesuatu yang lebih besar dari jabatannya sebagai Walikota: keinginannya menjadi Presiden Iran dalam putaran pemilu 2005.
Mahmoud Ahmadinejad tak pelak merupakan politisi dengan segudang misteri, dan keajaiban. Hampir tidak banyak orang tahu rincian latar belakangnya sebelum menjadi walikota Taheran. Pentas Politik Iran memang bukan lapangan terbuka. Tidak banyak politisi yang bisa melesat dengan cepat tanpa modal yang kuat. Tetapi Ahmadinejad membuktikan sebaliknya. Dia menjadi nomor satu di Iran dengan modal paling sedikit dan popularitas paling rendah. Media massa Iran yang umumnya masih terjebak dalam polarisasi kubu reformis versus kubu konservatif, tidak memasukkan Ahmadinejad dalam pemberitaan mereka. Media massa cetak dan elektronik umumnya mengangkat nama-nama seperti Hasyemi Rafsanjani, Mehdi Karrubi, Hasan Rohwani, Mir Husein Musavi, Dr. Mustafa Moin, dsb. Ahmadinejad bukanlah kontestan yang diperhitungkan. Apalagi, dalam sejumlah pernyataannya di hadapan public, Ahmdinejad masih menyatakan keraguannya untuk maju dalam pencalonan.

Oleh karena itu, beberapa koleganya di kampus memutuskan merancang sebuah komite pencalonan dan pemenangan Ahmadinejad. Namun, karena keterbatasan dana, kubu Ahmadinejad bahkan tidak bisa mencetak poster, papan iklan, dan perangkat-perangkat kampanye lainnya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuat rekaman film Ahmadinejad. Isi film itu dibuat menggunakan kamera mini DV. Jadilah sebuah film semi-dokumenter murah yang tampak digarap secara amatiran. Kampanye kubu Ahmadinejad yang apa adanya dan sangat kontras dengan kampanye kubu-kubu para calon lain ternyata justru membawa kesan tersendiri bagi public Iran. Sepanjang masa kampanye, tampak sekali bahwa kubu Ahmadinejad tampil apa adanya dan bebas dari fraksionalisme yang terus berperang antara kubu kiri reformas dan kanan konservatif.

Singkatnya, dalam penghitungan akhir pemilu 2005, Ahmadinejad berhasl mendulang 61 persen suara. Begitulah memang sejarah menentukan nasib seorang revolusioner seperti Mahmoud Ahmadinejad: tidak terkenal, tiba-tiba mencuat dan menjungkir-balikkan semua real politik.
Sampai beberapa waktu setelah terplihnya Ahmadinejad sebagai Presiden Iran, banyak pengamat yang masih terheran-heran oleh melesatnya popularitas pria bertubuh pendek dan berpenampilan asketik ini.

No comments: